kulangkahkan kakiku meninggalkan tempat aku mentransfer ilmu kepada
para anak didik, angka digital di ponselku menunjukkan 20.42, keadaan
malam ini gerimis tipis namun menunjukkan gelagat akan ada hujan lebat.
ini
malam rabu jadwal rutin mengaji di pasar 4 tembung, malam ini
pembahasan mengenai adab makan aku tidak ingin ketinggalan. kuhidupkan
mesin kendaraanku, dugaanku terwujud, gerimis terkonversi menjadi hujan
yang lebat bahkan dalam perjalananku hujan menjadi sangat lebat.
Mantel
hujanku tidak begitu mampu menahan dinginnya, sempat terpikir olehku
"apa sebaiknya aku langsung pulang, hujan begitu lebat, mu'allim mungkin
juga agak sulit untuk datang" tapi karena jarak ke mesjid tempat
mengaji lebih dekat dari jarak pulang aku putuskan untuk tetap menuju
mesjid.
setelah selesai shalat isya aku rebahkan tubuhku
di mesjid ini, lumayan seram sendirian di mesjid dikurung oleh hujan
yang begitu lebat. "Assalamu'alaikum" dua orang yang sudah cukup berumur
masuk dengan perlahan sambil mengibas-ngibaskan sarungnya yang basah,
keduanya langsung mendekatiku dan kami berjabat tangan, kini kami duduk
bertiga, bapak berpeci hitam yang merapikan bajunya, bapak berlobe
cokelat yang membuka kitabnya dan aku yang terkantuk-kantuk.
jam
dinding mesjid menunjukkan pukul 21.30, kami masih bertiga, kami maklum
jika mu'allim tidak hadir sangat maklum, hujan yang sangat lebat
seperti ini dapat membahayakan pengendara. Bisa dibilang aku dimesjid
ini bukan lagi untuk menunggu mu'allim tapi tepatnya menunggu hujan
reda, ku lihat dua orang pria berumur itu sedang mengbrol sekarang,
mereka penduduk sekitar sini, rumah mereka tepat di depan mesjid ini,
aku salut pada mereka, di saat para warga sekitar yang biasa ikut
mengaji memilih untuk tetap di rumah, mereka berdua tetap memilih datang
ke mesjid walaupun disertai rasa ragu akan kehadiran mu'allim.
Hujan
masih lebat, sorot lampu kendaraan menarik perhatian kami, seseorang
menghentikan kendaraannya di depan mesjid, ia membuka mantelnya dan
meletakkannya di atas kendaraannya berjalan perlahan menuju pintu mesjid
dan, "assalamu'alaikum" sebenarnya melihat mu'allim masuk ke dalam
mesjid ini dengan mengucapkan salam sudah sangat biasa terjadi, namun
malam ini dengan situasi dan kondisi seperti ini membuat hatiku sesak
entah rasa haru atau rasa sesal karena meragukan mu'allim, tapi hatiku
benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda.
Mu'allim
mendekati kami sembari menjabat tangan kami, kali ini aku menggenggam
tangannya dengan mantap ku lekatkan tangannya di keningku sembari
memanjatkan doa "Ya Allah karuniakan istiqamah dan rahmatMu pada orang
ini".
Mu'allim senyum, "Agak terlambat kita hari ini" itu yang ia ucap, Lalu "Emm.. kita mulai ya, Bismillahirrahmanirrahim"
pembahasan dimulai. Tidak habis pikir orang yang ingin memberi lebih sungguh-sungguh daripada orang yang ingin diberi.
Kulihat
dirinya Kulihat diriku, Sangat jauh berbeda. Tanpa kusadari ia menjadi
motivator dan inspiratorku dalam beragama, aku akan sulit melupakan
malam ini.
kini kami berempat, 3 orang Muta'allim (pelajar) dan 1 orang Mu'allim (pengajar),
Sekali lagi kulihat dia, Orang ini sungguh..... sangat....
Ah, aku speechless......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar