Kata Abangku yang pertama
“Menyerang itu
cara bertahan yang cocok untukmu”
Kaum pria di
keluarga kami punya bakat yang sama yaitu bermain tenis meja. Aku dilatih oleh
abangku yang tertua, karena sudah sangat sering latihan bersama abangku faham
bahwa menahan serangan lawan adalah kelemahanku, sampai akhirnya dia bilang.
“Menyerang itu
cara bertahan yang cocok untukmu” artinya agar lawan berhenti menyerang maka
aku harus serang balik, jangan hanya bertahan.
Kata-katanya
ini pernah aku terapkan, namun untuk kasus yang berbeda.
Waktu itu aku
masih SD, aku dan teman-temanku rutin pergi sholat maghrib ke mesjid. Tapi hari
itu hanya aku dan Rian tetanggaku yang pergi sholat ke mesjid, sialnya dalam
perjalanan ke mesjid dua anjing benggali (julukan di daerahku untuk orang india
yang punya banyak lembu) yang biasanya diikat dipagar rumahnya sedang bebas
tanpa ikatan, dan kurasa moodnya hari itu sedang jelek.
Mungkin karena
tubuh kami yang kurus, sehingga dimata kedua anjing itu sosok kami bagaikan
hidangan makan malam yang hendak kabur. Tanpa aba-aba kedua anjing lapar itu
langsung mengejar kami dengan aura membunuh yang sangat kuat.
Anjing itu
mengejar dengan kecang diiringi gonggongan dan lambaian lidahnya yang begoyang
ke kanan dan ke kiri, aku dan Rian pun berlari kencang diiringi jeritan dan
lambaian sarung yang bergoyang ke atas dan ke bawah. Sampai di suatu titik aku
ingat perkataan abangku “menyerang adalah cara bertahan yang cocok untukku”.
Aku
menghentikan lariku dan memutar tubuhku, lalu aku mulai melakukan serangan
balik, kau tau apa yang aku lakukan? Aku menggonggong, ya menggonggong dengan
keras, lebih keras dari gonggongan dua anjing itu. Itu bekerja, dua anjing tadi
mendadak berhenti, kami pun saling berhadapan dengan jarak sekitar 5 meter
saja, anjing tadi masih tetap menggonggong namun tidak berani maju, aku balas
dengan gonggongan juga, untungnya aku ga ikut-ikutan julurin lidah, akhirnya Rian seperti sedang melihat percakapan bahasa anjing.
Aku : Errgggh…
Guuuk..guuk!!! (Pulang kelen sana!!!)
Anjing 1 :
Guuk.. gukk.. (eh kapan kau belajar bahasa anjing?)
Aku :
ggguuuk..guk (Barusan aja)
Anjing 2 :
guuuk…gukkk (kau nantang…?)
Aku : (sambil
menghentak-hentakkan kaki) Guuk.. guuuuuukk errrgggh.. (serius aku nih, ku
gigit nanti kelen)
Melihat lawan
yang udah agak ciut nyalinya, aku pun balik berlari ke arah kedua anjing itu
dengan gonggongan yang kuat, Merasa terancam kedua anjing itu pun lari
menghindarai kejaranku sambil menjerit.
“Kaaaiiiing… kaaainggg” yang artinya
“ayo kita lari, tuh anak kayaknya belum
disuntik rabies, aku ga mau jadi anjing gila”
kini keadaan
bebalik, aku yang pegang serangan. Tapi di tengah-tengah aku sedang menikmati
pembalasan dendamku Rian berteriak,
“Woooi udah
azan…”
Aku pun
menghentikan pengejaranku, dengan gaya seperti anak muda India aku berkata
“Untung azan,
kalo enggak udah abiiisss kelen”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar