Sabtu, 07 Juli 2012

Kata Bapak


Kata Bapakku

“Manfaatin apa yang ada”

Bapakku termasuk orang yang paling banyak memberi petuah dalam kehidupanku, ga terhitung kata-kata bijak yang sudah ia keluarin dari mulutnya untukku salah satunya adalah kalimat yang ini.
Kata-katanya ini sangat sering terngiang dalam hari-hariku, salah satunya, hari dimana aku hendak melakukan kegiatan perdana mencuci pakaian di pondok pesantrenku dulu.

Hari itu jumat hari liburnya para santri, aku yang baru genap seminggu menjadi santri di pondok pesantren ini belum terlalu lihai dalam melakukan segala aktifitas di pesantren ini, termasuk dalam hal hari apa dan jam berapa aku seharusnya mencuci pakaian.

Sebagian besar santri menumpuk pakaian kotornya untuk dicuci pada hari ini, termasuk aku. Sehingga ketika aku dan temanku Lukman datang ke hammam (kamar mandi : arab) kami seperti melihat panggung drama teater mencuci pakaian, manusia dengan tubuh basah berserakan bergerak kesana kemari bagai aktor, dihiasi buih dan busa yang behamburan bagai awan di musim semi,
diiringi irama gesekan brus dan kain yang terdengar harmonis karena dilakukan puluhan mungkin ratusan orang. Aku berkata pada temanku

“Gilak... ini bisa mecahin rekor muri”

“Iya, udah yuk cepat kita cari posisi”

Kami pun berkeliling mencari tempat untuk mencuci, karena penuh orang jongkok dan pakaian kami pun berjalan hati-hati, hampir tiap langkah kami menyentuh baju atau peralatan mencuci orang lain ada yang maklum dan ada yang membentak

“WOOOII BAJUKU JANGAN KO PIJAK..!!!” kami minta maaf dan melangkah lagi

“WOOOII.. KO SEPAK PULAK BRUSKU..!!” minta maaf dan melangkah lagi

“WOOOIIII... bagi sabun lah sikiiit aja” haalaaah.. kiran mau marah juga.

Capek kami berkeliling tidak juga menemukan tempat, tidak ada lantai yang tidak tertutupi pakaian atau ember padahal hammam ini sudah cukup besar. Aku dan temanku hanya mendapat bagian lantai yang cukup untuk ember dan kaki berpijak.

Aku dan Lukman lemas padahal kalau tidak mencuci hari ini besok kami tidak akan punya pakaian untuk masuk kelas dan sholat. Sebentar lagi azan sholat jumat, kalo harus menunggu sampai selesai sholat kami takut pakaian kami tidak kering. aku menyandarkan punggungku di dinding yang dilapisi keramik sambil meratapi nasib. Tapi tiba-tiba aku tersentak, aku teringat perkataan Bapakku “manfaatin yang ada”. Aku berkata pada temanku

“Man.. ga ada lantai tembok pun jadi”

“Maksudmu apa has..?”

“Kita buat gaya baru, gaya nyuci Vertical Style

Akhirya kami mencuci dengan arah gerakan brus vertikal, ke atas ke bawah, pakaian bukan disandarkan di lantai tapi di tembok untuk masalah hasil cucian itu belakangan yang penting dicuci. Beberapa santri baru yang senasib dengan kami yang dari tadi hanya memandangi kami dengan wajah heran akhirnya mengikuti gaya kami.

Tapi baru selesai mencuci satu baju, satu celana dan satu daleman, Lukman mengeluh

“Has.. kayaknya kalo nyucinya gini, tenaganya jadi doubel yang keluar, capek nih tangan”

“Iya sih, tapi kan yang penting udah kecuci”

“Tapi masih banyak lagi tuh..”

Aku terdiam sejenak, lagi-lagi aku teringat petuah Bapakku. Aku mengambil satu celana panjangku yang kotor lalu aku langsung mengenakannya melapisi celana ponggol yang sudah kukenakan dari tadi.

“Has.. kau mau ngapain?” tanya Lukman

“Ini juga gaya baru, namanya put on style, setelah celana kita pake langsung kita brus celana yang lagi kita pake ini.”

Lukman tersenyum dan mulai melakukan yang kulakukan, diikuti beberapa santri baru yang tadi juga tidak kebagian tempat. Gaya ini memiliki banyak kelebihan karen bisa langsung memilih bagian yang ingin dibrus dengan mudah, Namun ada efek samping dari put on style ini ketika kami melakukan ini maka terdengan suara tawa dan teriakan serempak seperti ini

“Hihihii...GEEELIIII..”

“Tahaaaan, demi baju bersih esok hari..” sahutku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar